Senin, 03 Oktober 2011

Pancasila dan Diplomasi RI

dimuat di Republika, 3 Oktober 2011

Sejarah membuktikan, Pancasila tidak hanya menjaga bangsa Indonesia dari keruntuhan, tetapi juga telah mengantarkan diplomasi Indonesia mencapai tempat yang terhormat. Dengan menjadikan Pancasila sebagai inspirasi sejati dan modalitas utama diplomasi, bangsa Indonesia dengan bangga mengenalkan Pancasila kepada dunia, bahkan menawarkan Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia.

Pancasila di PBB
Kemelut pertarungan ideologi kapitalisme dan komunisme yang sangat sengit pasca Perang Dunia II, dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menawarkan Pancasila sebagai ideologi alternatif sehingga dunia terhindar dari konflik ideologi dan fokus pada agenda-agenda perdamaian, dekolonialisasi, pembangunan, dan perlucutan senjata. Pada pidato pertama kali Indonesia di Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-6 November 1951, Menlu Ahmad Subarjo menggunakan kesempatan bersejarah itu untuk mengenalkan Pancasila sebagai pedoman filosofi kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan nasional Indonesia. Penjelasan tentang Pancasila kembali ditegaskan oleh Menlu Sunario pada Sidang Umum PBB ke-9 pada September 1954 dengan menawarkan Pancasila sebagai solusi damai bagi konflik ideologi di antara bangsa-bangsa di era Perang Dingin.


Garuda Pancasila
Keberanian Indonesia dalam mengkampanyekan Pancasila terus disampaikan oleh Presiden Sukarno di muka SMU PBB ke-15 pada 30 September 1960 yang berjudul "To Build the World Anew". Dalam pidato legendaris itu, Bung Karno menyangkal pendapat seorang filsuf Inggris, Bertrand Russel yang membagi dunia ke dalam dua poros ideologi: liberalisme vs komunisme.
Selanjutnya Bung Karno katakan, Indonesia tidak dipimpin oleh kedua paham itu, tidak mengikuti konsep liberal ataupun komunis. ”Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri, tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.” Lantas ia simpulkan, ”Sesuatu itu kami namakan Pancasila.”


Presiden Soekarno menyampaikan pidato legendaris di muka SMU PBB
berjudul "To Build the World Anew" pada 30 September 1960


Satu persatu Bung Karno menguraikan sila Pancasila dengan kepercayaan diri yang tinggi. Tampak di sana, betapapun rumusan Pancasila itu digali dari bumi Indonesia, kandungan nilainya bisa diterima secara universal. Bahkan lebih jauh lagi, Bung Karno menyarankan agar Pancasila diadopsi ke dalam Deklarasi PBB untuk menguatkan organisasi PBB dan menghindari konflik ideologi yang menyita energi.
Pada SMU PBB ke-24 1 Oktober 1969, Menlu Adam Malik berpidato bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila dan kembali menegaskan keunggulan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan ideologi alternatif dunia.

Pancasila mewarnai Dunia
Pancasila yang menginspirasi politik luar negeri bebas aktif sangat berperan melahirkan Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang kemudian mendorong lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB). KAA yang diselenggarakan di Bandung pada 1955 berhasil melahirkan Dasa Sila Bandung sebagai prinsip-prinsip dasar bagi penyelenggaraan hubungan dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia Afrika. Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. KAA dicatat dalam sejarah sebagai konferensi bangsa-bangsa kulit berwarna pertama hingga muncul istilah “Bandung adalah ibu kota Asia-Afrika.” Kesuksesan KAA tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga terlihat pada masa sesudahnya, sehingga jiwa dan semangat Pancasila menjadi salah satu faktor penting yang menentukan jalannya sejarah dunia, termasuk pendirian GNB.


Presiden Soekarno membuka Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 18 April 1955


Bagi Indonesia, GNB yang bertujuan utama memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri dan tidak memihak pada pakta militer multilateral, merupakan manifestasi dari nilai-nilai Pancasila. Konferensi Tingkat Menteri GNB ke-16 di Bali Mei 2011 dihadiri oleh 118 perwakilan negara atau merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 dan bubarnya kekuatan militer-politik komunisme di Eropa Timur, menandakan bahwa Perang Dingin sebenarnya tidak dimenangkan oleh Blok Barat, tetapi oleh Gerakan Non-Blok yang diinspirasi oleh Pancasila.


KTT X GNB diselenggarakan di Jakarta pada 1-6 September 1992,
dimana Presiden Soeharto menjadi ketua GNB untuk periode 1992-1995

Didorong oleh kesuksesan transformasi Indonesia dari sistem otoritarian menuju full-pledged democracy, Indonesia menyelenggarakan Bali Democracy Forum (BDF). Sejak diadakan pada tahun 2008, BDF senantiasa konsisten mempromosikan platform dimana antar pemerintah dapat berbagi pengalaman dan bertukar pikiran mengenai demokrasi. Selain itu, forum juga dimaksudkan untuk mendorong kerja sama antara negara dalam memajukan demokrasi di kawasan Asia. Diilhami dari karakter dan jiwa Pancasila, BDF tidak  terkonsentrasi pada satu sistem politik tertentu  akan tetapi semua sistem politik  yang mempunyai  keinginan untuk mengembangkan  demokrasi. Kehadiran dalam forum ini untuk berbagi pengalaman, pemikiran dan ide untuk kerja sama meningkatkan demokrasi, tidak peduli sistem politik apa yang dikembangkan, dari bagian Asia mana berasal atau budaya yang mempengaruhi. Tidak ada demokrasi yang sempurna, demokrasi tidak pernah berakhir dan masih  terus berkembang.


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato pada Pembukaan Bali Democracy Forum,
Bali, 10 Desember 2008
Penutup
Diplomasi Indonesia adalah diplomasi Pancasila. Berjuta permasalahan bangsa, seperti terorisme, yang tidak henti-henti menggelayuti bangsa ini, seharusnya membuat bangsa ini semakin kuat dan kukuh pada Pancasila. Meminjam istilah Yudi Latif (2011) jalan tengah Pancasila itu bukanlah pilihan oportunis yang timbul dari lemahnya kepercayaan diri, melainkan pancaran karakter keindonesiaan yang tercetak karena pengaruh eksosistem negeri lautan yang ditaburi pulau-pulau. Sifat diplomasi Pancasila serupa sifat lautan yang menyerap dan membersihkan, menyerap tanpa mengotori lingkungannya. Sifat lautan juga dalam keluasannya mampu menampung segala keragaman jenis dan ukuran. Sepanjang sejarah bangsa, Pancasila merupakan inspirasi sejati dan modalitas utama diplomasi Indonesia dari zaman ke zaman dan akan selalu begitu. Selamat Hari Kesaktian Pancasila!***


Monumen Kesaktian Pancasila, Jakarta